Jumat, 29 April 2011

CONTOH IDENTIFIKASI MAKNA DALAM AL-QUR’AN

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang pembacaannya bernilai ibadah. Ia menjadi sebuah mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada nabi Muhammad yang di dalamnya telah mencakup ajaran dari kitab-kitab sebelumnya sebagaimana telah disebutkan dalam firman Allah Surat Al-Maidah ayat 48 sebagai berikut.

“ Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu. Kami berikan aturan dan jalan yang terang.”
Adapun salah satu kemukjizatan al-quran yang dapat dilihat adalah dari segi kesusastraannya. Dalam hal ini al-quran telah mampu mengalahkan kemampuan bangsa arab masa jahiliyah yang dulu telah terkenal dengan kemampuannya yang tinggi di bidang kesusastraan arab. Al-Qatthan (2009: 329) mengatakan bahwa pada hakikatnya al-quran itu mukjizat dengan segala makna yang dibawakan dan dikandung oleh lafadz-lafadznya.
Dengan adanya hal di atas, maka kita dapat melihat bahwasanya lafadz-lafadz dalam al-quran memiliki kandungan makna yang mendalam. Sebuah lafadz dalam al-qur’an dapat mempunyai makna yang berbeda-beda sesuai konteksnya, bahkan lafadz yang telah kita ketahui adanya kemiripan makna ternyata masih memiliki spesifikasi lain yang dapat membedakannya. Hal inilah yang akan dipaparkan pada pembahasan makalah ini yakni identifikasi makna pada lafadz خاف dan خشي.
Melalui makalah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai: (a) makna خاف dan خشي dalam kamus, (b) maknaخاف dalam al-quran, (b) makna خشي dalam al-quran, (c) identifikasi makna خاف dan خشي dalam kajian makna (ilmu semantik).

B. Makna خاف dan خشي dalam Kamus
Munawwir (1997) menyebutkan dalam kamus munawwir lafadz خشي dan خاف bermakna takut. Sedangkan Al-Yassu’i (1986) lafadz خشّى dalam kamus munjid
disepadankan dengan lafadz خوّف . Kesamaan makna ini juga ditemukan dalam kamus al-mawrid. Baalbaki (2001) menyebutkan dalam kamus ini (al-mawrid) lafadz خوّف danخشّى bermakna to frighten (menjadi takut), scare (ketakutan), alarm (ketakutan, kegelisahan), fill with fear (dipenuhi rasa takut).

C. Makna خاف dalam Al-quran
Lafadz خافdan derivatifnya ،يخاف،تخاف، أخاف،نخاف، يخافون، خوف، خافوا، خافت، خفّت) خفتم) dalam al-Qur’an yang berhasil kami temukan sebanyak 69 kali dengan perincian sebagai berikut.
1. Lafadz خاف sebanyak lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS al-Baqoroh: 182
b. QS Hud: 103
c. QS Ibrahim: 14 d. QS Ar-Rohman: 46
e. QS An-Nazi’at: 40
2. Lafadz يخاف lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Thoha: 112
b. QS An-Naml: 10
c. QS Qaaf: 45 d. QS al-Jin: 13
e. QS Asy-Syams: 15
3. Lafadz تخاف sebanyak satu kali yaitu dalam QS Thoha: 77
4. Lafadz أخاف 20 kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Al-Maidah: 28
b. QS Al-An’am: 15, 80, 81
c. QS Al-A’rof: 59
d. QS Al-Anfal: 49
e. QS Yunus: 15
f. QS Huud: 3, 26, 84
g. QS Maryam: 45 h. QS Asy-Syu’aro’: 12, 135
i. QS Al-Qashash: 34
j. QS Az-Zumar: 13
k. QS Al-Ghoofir: 26,30,32
l. QS Al-Ahqoof: 21
m. QS Al-Hasyr: 16
5. Lafadz نخاف dua kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Thoha: 45
b. QS Al-Insan: 10
6. Lafadz يخافون delapan kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Al-Ma’idah: 23,54
b. QS Al-An’am: 51
c. QS An-Nahl: 50 d. QS An- Nuur: 37,50
e. QS Adz-Dzariyat: 37
f. QS Al-Mudatssir: 53
7. Lafadz خوف 16 kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS. Al-Baqoroh: 37, 62, 112, 262, 274, 277
b. QS Ali Imron: 170
c. QS Al-Ma’idah: 69
d. QS Al-An’am: 48 e. QS Al-A’rof: 35, 49
f. QS Yunus: 62, 83
g. QS Az-Zuhruf: 68
h. QS Al-Ahqof: 13
i. QS Quroisy: 4
8. Lafadz خافوا sebanyak satu kali yaitu pada QS An-Nisaa’: 9
9. Lafadz خافت sebanyak satu kali yaitu pada QS An-Nisaa’: 128
10.Lafadz خفّت lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Al-A’rof: 9
b. QS Maryam: 5
c. QS Al-Mu’minuun: 103 d. QS Al-Qoshosh: 7
e. QS Al-Qoori’ah: 8
11.Lafadz خفتم lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Al-Baqoroh: 229
b. QS An-Nisaa’: 3,35,101
c. QS At-Taubah: 28
Semua kata خاف dan derivatifnya di atas mempunyai makna yang sama yaitu takut dan ada juga yang bermakna khawatir, akan tetapi objeknya berbeda-beda, adakalanya takut kepada Allah, takut kepada ahli wasiat kebaikan, takut dalam berbuat adil, dan lain sebagainya. Berikut adalah contoh beberapa ayat dan terjemahannya yang di dalamnya terdapat kata خاف dan derivatifnya.
a. Bermakna khawatir (takut) terhadap orang yang ahli berwasiat yang wasiatnya sesuai dengan syar’iy.
(akan tetapi) barangsiapa khawatir (takut) terhadap orang yang berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka, Maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah : 182)
b. Bermakna takut dalam hal keadilan terhadap istri.
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS. An-Nisaa’ : 3)
c. Bermakna takut terhadap kebesaran Rabbnya.
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. (QS. An-Nazi’aat : 40)
d. Bermakna rasa ketakutan, Shihab (2000:780) dalam kitab tafsirnya Al-Mishbah menuturkan bahwa orang Quraisy adalah termasuk kabilah yang terkenal dan terbesar yang sangat menentukan kebijakan di jazirah arab. Dan melalui surat ini Allah mengingatkan mereka untuk menyembah Dzat yang memiliki Ka’bah yang karena-Nya mereka dimuliakan, hidup aman, dan tenteram.
1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas
3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah Ini (Ka'bah).
4. Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

D. Makna خشيdalam Al-quran
Lafadz خشي dan derivatifnya ( ،يخشى يخشون dan خشية) dalam al-Qur’an yang berhasil kami temukan sebanyak 19 kali dengan perincian sebagai berikut.
1. Lafadz خشي sebanyak tiga kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS An-Nisaa’: 25
b. QS Qoof: 33
c. QS Al-Bayyinah: 8
2. Lafadz يخشى sebanyak lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Thoha: 3, 44
b. QS Fathir: 28
c. QS An-Naazi’at: 26 d. QS ‘Abasa: 80
e. QS Al- a’laa: 10
3. Lafadz يخشون sebanyak enam kali yaitu dalam surat berikut
a. QS An-Nisaa’: 77
b. QS Al-Anbiya’ : 49
c. QS Al-Ahzab: 39 d. QS Fathir: 18
e. QS Az-Zumar: 23
f. QS Al-Mulk: 12
4. Lafadz خشية sebanyak lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Al-Baqoroh: 74
b. QS An-Nisaa’: 77
c. QS Al- Isra’: 31,100 d. QS Al-Mu’minuun: 57
e. QS Al-Hasyr: 21
Adapun dari penyebutan sebanyak 19 kali diatas makna lafadz خشي dan derivatifnya di dalam al-Qur’an seluruhnya adalah takut. Akan tetapi ketakutan disini penisbatannya berbeda-beda. Adakalanya takut kepada Allah, takut kepada manusia, takut kepada kemiskinan, takut/ enggan membelanjakan harta dan adakalanya takut kepada adzab allah. Namun diantara empat penisbatan tadi sebagian besar rasa takut ini dinisbatkan kepada allah dengan penyebutan sebanyak 13 kali yakni pada surat berikut.
a) QS. Qaf: 33
b) QS. Al-Bayyinah: 8
c) QS. Al- Baqoroh: 74
d) QS. An-Nisaa’: 77
e) QS. Thoha: 3,44
f) QS. Faathir: 28 g) QS. An-Nazi’at: 26
h) QS. ‘Abasa: 9
i) QS. Al-A’laa: 10
j) QS Al-Ahzab: 39
k) QS Az-Zumar: 23
l) QS Al-Mulk: 12
QS. An-Nisaa’: 77

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: ‘Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!’setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya”
Pada ayat di atas lafadz يخشون dan خشية berasal dari akar kata yang sama yaitu خشي. Shihab(2000: 491) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan sekelompok kaum muslim yang tadinya berada di Mekkah, dianiaya oleh orang-orang musyrik dan memohon kepada Allah untuk diizinkan berperang pada awalnya Rosulullah melarang karena akan berakibat fatal. Namun beberapa saat kemudian ketika mereka telah hijrah ke madinah dan merasa nyaman dan perintah berperang turun justru mereka merasa bahwa perintah tersebut begitu tiba-tiba dan mereka berberat hati. Maka turunlah ayat tersebut dan mereka takut berperang (takut kepada manusia) sebagaimana takutnya kepada Allah. Pada rasa takut seperti inilah lafadz يخشون dan خشيةdipergunakan. Pada ayat ini rasa takut dinisbatkan kepada manusia dan juga pada Allah karena disini rasa takut tersebut adalah rasa takut kepada manusia seperti rasa takut pada allah bahkan bisa lebih.
QS. Thoha: 3
“2) Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah 3) Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).”
Pada ayat di atas lafadz يخشى berasal dari akar kata خشي. Shihab(2000: 491) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwa pada mulanya lafadz يخشى pada ayat tersebut bermakna takut. Sementara ulama’ memahami kata tersebut dalam arti rasa takut yang bercampur rasa kagum. Melalui ayat ini digambarkan bahwa alquran akan disambut dengan baik oleh mereka yang dalam jiwanya terdapat kecenderungan untuk takut pada Allah dan kagum kepada tuntunan-tuntunanNya atau kepada mereka yang mengerahkan jiwa dan pikirannya kepada panggilan Allah dan Rosulnya sehingga pada akhirnya ia menjadi seorang yang terus menerus takut dan kagum kepada Allah.
QS Thoha: 44
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".
Shihab(2000: 491) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwa lafadz
لعلّه يتذكّر أو يخشى mengisyaratkan bahwa peringkat dzikir yang terus menerus yang mengantar kepada kehadiran Allah dalam hati dan kekaguman kepadaNya merupakan peringkat yang lebih tinggi dari pada peringkat takut.
Adapun yang takut membelanjakan hartanya (kemiskinan) terdapat pada surat al-Isra’ ayat 31.
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.“
Shihab(2000: 491) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwa penggunakan lafadz خشية yang berarti takut pada ayat ini karena kemiskinan yang dikhawatirkan boleh jadi akan dialami anak maka setelah itu lafadz tersebut disambung dengan jaminan yang diberikan allah kepada anak-anak yang dikhawatirkan dan juga kepadanya (orang tersebut yang takut memiliki anak).
Pada surat al-Isra’ ayat 100 makna خشية yang merupakan derivasi dari lafadz خشي bermakna takut dalam hal membelanjakan harta.
“Katakanlah: ‘Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya’. dan adalah manusia itu sangat kikir.”
Pada ayat di atas lafadz خشية berasal dari akar kata خشي. Shihab(2000: 556) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwasanya ayat tersebut merupakan pengandaian bahwa jika kaum musyrikin mempunyai perbendaharaan/ gudang-gudang Allah maka mereka akan enggan/takut membelanjakannya/ mengeluarkan sebagian darinya karena mereka sangat kikir. Lafadz خشية disinilah yang digunakan untuk member makna takut/ enggan membelanjakan harta.
Sedangkan rasa takut akan adzab Allah terdapat pada Surat Al-Mu’minun ayat 57, Surat Al-Anbiya’ 49, dan Surat Al-Fathir ayat 18.
QS Fathir: 18
“...Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan mereka mendirikan sembahyang....”
Shihab(2000: 556) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwa penguraian yang menyangkut beberapa ketentuan dalam ayat ini dapat menyebabkan seseorang takut, akan tetapi hal yang demikian tidak berpengaruh bagi kaum musyrikin. Mereka beranggapan bahwa manfaat peringatan nabi hanya dapat menyentuk orang-orang yang takut kepada adzab Tuhan mereka yang dalam keadaan ghaib yakni sekalipun mereka tidak melihatnya tetapi mereka tetap menjalankan perintahNya(sembahyang).

E. Identifikasi Makna خاف dan خشي dalam Kajian Semantik
Chaer (1990: 2) mengatakan bahwasanya kata semantik telah disepakati sebagai istilah dalam semantik yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Selanjutnya Chaer (1990:3) juga menyebutkan bahwasanya cakupan semantik hanyalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
Melalui penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa kajian dalam semantik adalah merupakan kajian makna. Adapun objek kajiannya yaitu makna yang berkaitan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Bila dihubungkan dengan penjelasan tersebut maka kajian semantik pada pembahasan makalah ini adalah kajian makna berkenaan dengan bahasa arab sebagai bahasa yang formal yang digunakan di dalam al-Qur’an.
Setelah pembahasan sebelumnya yang menganalisis makna خاف dan خشي yang terdapat dalam kamus kemudian juga yang terdapat dalam al-qur’an maka selanjutnya pada point ini kita membandingkannya. Makna خاف dan خشي dalam kamus memiliki arti yang sama yaitu takut. Kita juga mendapati makna keduanya memiliki makna yang sama dalam al-qur’an yakni takut sekalipun tak dapat dipungkiri juga bahwasanya memang terdapat sedikit perbedaan.
Melalui penjelasan di atas bila dihubungkan dengan kajian semantik maka hal ini masuk dalam pembahasan tentang relasi makna. Ainin dan Asrori (2008: 61) menyebutkan bahwasanya relasi makna maksudnya adalah hubungan makna dari kata yang berbilang makna atau hubungan makna dari sejumlah kata. Selanjutnya juga disebutkan bahwasanya relasi makna dalam bahasa arab disini ada lima yaitu (1) Sinonim(mutaradifat), (2) antonim(adhdat dan mudhadat), (3) homonimi (musytarak lafdzi), (4) hiponim-hipernim, dan (5) musytarak mudhad.
Adapun خاف dan خشي tergolong dalam relasi makna yang berupa sinonim (mutaradifat). Verhar (dalam Pateda, 1986: 100) mengatakan definisi sinonim yaitu ungkapan (biasanya sebuah kata tetapi dapat pula berupa frase atau malah kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan yang lain. Selanjutnya Pateda (1986:100) juga berpendapat bahwasanya hal tersebut (definisi Verhar) memang beralasan karena kesamaan makna tidak berlaku sempurna artinya meskipun maknanya sama tetapi tetap memperlihatkan perbedaan-perbedaan.
Dalam hal kajian makna dalam al-qur’an pendapat Pateda tersebut juga sejalan dengan pernyataan Asy-Syati’i (dalam Ainin, 2008:67) yang mengemukakan bahwa kata-kata dalam al-Quran yang oleh para mufasir dipandang bersinonim, dapat saling menafsirkan dan menggantikan menurutnya tidak benar. Berdasarkan penelitiannya, ia berkesimpulan bahwa al-Quran menggunakan secara cermat kata-kata yang di pandang bersinonim tersebut dengan makna masing-masing.
Adapun خاف dan خشي menurut kami juga condong terhadap pernyataan di atas yakni meskipun dalam kamus keduanya memiliki makna yang sama dan di dalam al-Qur’an juga makna keduanya sama yakni takut sehingga kami pun menggolongkannya dalam relasi makna yang berupa sinonim, akan tetapi terdapat perbedaan pada tingkatan rasa takut tersebut. Pada analisis di pembahasan sebelumnya lafadz خشي memiliki tingkatan makna yang lebih tinggi dibandingkan lafadz خاف. Hal ini dapat kita lihat dalam penggunaannya yang sebagian besar (yaitu 13 dari 19 penyebutan yang berhasil kami temukan) dinisbatkan kepada hak Allah dan bahkan dalam analisis sebelumnya juga disebutkan bahwasanya dalam beberapa ayat digambarkan bahwa rasa takut dalam lafadz خشي adalah rasa takut yang bercampur kagum sehingga ada keinginan untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya. Sedangkan lafadz خاف pada data yang telah kita temukan sebagian besar bermakna takut kepada sesuatu selain Allah, seperti takut untuk tidak adil, takut pada orang yang berwasiat yang mana wasiatnya tersebut sesuai dengan syar’iy, dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga yang bermakna takut kepada Allah SWT walaupun hanya dalam beberapa ayat, sehingga dalam penyimpulan makna خاف sebaiknya dilihat juga konteks ayat tersebut.
Analisis kami di atas juga dikuatkan oleh penjelasan Al-Qaththan (2009:251) dalam bukunya Pengantar Studi Ilmiu Al-Qur’an sebagai berikut.
“ Makna “al-khasyyah” lebih tinggi dari”al-khauf” karena “al-khasyyah” diambil dari kata-kata “syajarah khasyyah” artinya pohon yang kering. Jadi arti “al-khasyyah” adalah rasa takut yang sangat. Sedangkan ”al-khauf” berasal dari kata “naqah khaufa” artinya onta betina yang berpenyakit, yakni mengandung kekurangan. Di samping itu “al-khasyyah” ialah rasa takut yang timbul karena agungnya pihak yang di takuti meskipun pihak yang mengalami takut itu seorang yang kuat. Dengan demikian “al-khasyyah” adalah ”al-khauf” atau rasa takut yang disertai rasa hormat (takdzim). Sedangkan ”al-khauf” adalah rasa takut yang timbul karena lemahnya pihak yang merasa takut kendati pihak yang ditakuti itu remeh. Akar kata “al-khasyyah” terdiri atas kha’, syin, dan ya’ di dalam tashrifnya menunjukkan sifat keagungan dan kebesaran. Seperti “as-Syaikh” yang berarti as-sayyid al-kabir dan al-khaisy (al-ghalidz min libaas) yang artinya pakaian yang kasar. Oleh karena itu kata “al-khasyyah” sering digunakan berkenaan dengan hak Allah. “

Jadi melalui penjelasan Al-Qaththan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya lafadz خشي memiliki tingkatan makna yang lebih tinggi dibandingkan lafadz خاف memang benar adanya.

F. Kesimpulan
Lafadz خاف dan خشي dalam kajian semantik termasuk dalam pembahasan relasi makna berupa sinonim. Pengertian dari sinonim sendiri yaitu dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Hal ini di dasarkan pada analisis dua kata tersebut baik dalam kamus maupun dalam al-Qur’an. Analisis dalam kamus menunjukkan bahwa kedua kata tersebut memiliki makna yang sama. Demikian halnya dengan makna keduanya juga sama di al-Qur’an hanya saja tingkatan lafadz خشي lebih tinggi dari lafadz خاف . Hal ini terjadi karena memang kesamaan makna itu tidak berlaku sempurna artinya meskipun maknanya sama tetapi tetap memperlihatkan perbedaan-perbedaan.


DAFTAR RUJUKAN

Al- Qaththan, Manna’.2009. Pengantar Studi Ilmiu Al-Qur’an. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.

Al-Yassu’i , Fr. Louis Ma’luf dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu’i. 1986. Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam. Lebanon: Saahah an-Najmah.

Ainin, Mohammad dan Imam Asrori. 2008. Semantik Bahasa Arab. Surabaya: Hilal Pustaka.

Baalbaki, Rohi. 2001. Al-Mawrid: A Modern Arabic- English Dictionary. Lebanon: Daar El Elm Lil Malayin

Chaer, Abdul.1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Jakarta: Nusa Indah.

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif.


Shihab, M. Quraish. 2000. Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian
Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.