Kamis, 25 Agustus 2011

menuju surga bersama Nahdlatul Ulama'




Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah yang artinya kebangkitan para ahli ilmu; sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia, didirikan oleh K.H. Hasyim Asy'arie pada tanggal 31 Januari 1926 yang saat itu pula Beliau menjadi rais akbar.
dalam kitab Qanun Asasiy yang dikarang Beliau (K.H. Hasyim A.) dijelaskan bahwa organisasi ini berprinsip tawazun dan tasamuh yaitu seimbang dan moderat dalam segala hal, asalkan tidak menyimpang dari Alquran, alhadits, ijma', dan qiyas.
dengan dekengan dari para ulama', habaib, dsb NU pun menjadi organisasi islam terbesar, dengan pengikut yang rata-rata berada di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra yang tersebar di 33 wilayah.
semoga Allah SWT selalu meridloinya, Amin.

Selasa, 16 Agustus 2011

cara mudah membaca kitab kuning

membaca kitab kuning sebenarnya mudah, hanya dengan kesungguhan dan niat untuk benar-benar mempelajarinya, sedangkan untuk mencapai tarap mahir di dalamnya ada beberapa trik yang harus dilakukan:
1. menghafalkan nadham-nadham atau bait-bait arab yang berhubungan dengan nahwu, seperti Imrithy, Alfiah, dsb
2. mencoba memahami apa yang terkandung di dalam bait tersebut
3. mempelajari ilmu sharaf atau ilmu yang mempelajari tentang perubahan kata
4. mempraktekannya dengan mencoba membaca kitab kuning
setelah melewati ketiga step tersebut Insya Allah akan dengan mudahnya membaca kitab dengan benar.
jangan lupa juga untuk belajar pada orang yang benar-benar mahir dalam membaca kitab kuning, sehingga tidak ditemukan kesalahan dalam kaidah-kaidahnya.

Selasa, 05 Juli 2011

seharusnya

seharusnya aku tau maumu
kemauan hati yang menurutmu baik
seharusnya semua aku jalani bersamamu
tapi semuanya,,,,
ah, tak terlaksana,,,

seharusnya aku ikut denganmu
tak susah-susah aku pikirkan keadaan ini
seharusnya aku tau niat baikmu
tapi semuanya,,,,
ah, hanya impian...

seharusnya,,,

Senin, 16 Mei 2011

nikah dini, why not?

nikah adalah sunnah rasul, melakukan sunnahnya berarti termasuk ummatnya, begitupun sebaliknya.
فمن رغب عن سنّتي فليس منّي
maka dengan mengikuti sunnahnya adalah salah satu cara untuk menjadi ummat rasul yang sempurna.
menikah pada masa muda bukanlah sebuah hal yang buruk, yang penting semua syarat wajibnya telah tercapai, seperti telah baligh, mampu untuk memberi nafkah istrinya dan anak-anaknya, dsb.
dampak yang ditimbulkan juga sangat banyak, diantaranya adalah menghindarkan diri dari maksiat, mempercepat mempunyai keturunan yang mana salah satu tujuan dari menikah adalah untuk mempunyai keturunan, dsb.

Kamis, 12 Mei 2011

Sejarah Facebook

Facebook adalah sebuah situs jaringan sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg pada tanggal 4 Februari 2004.
Pada awalnya, Facebook dengan situs www.facebook.com yang sebelumnya bernama thefacebook dengan situs www.thefacebook.com digunakan untuk komunikasi antar mahasiswa Universitas Harvard. Namun setelah beberapa waktu, target pengguna adalah seluruh mahasiswa dan masyarakat umum.
Facebook merupakan salah satu layanan jaringan sosial internet yang gratis dimana kita dapat membentuk jaringan dengan mengundang teman kita. Dan dari jaringan yang kita bentuk, dari facebook kita dapat memperhatikan aktifitas mereka, mengikuti permainan/ join game yang direkomendasikan, menambahkan teman atau jaringan kita berdasarkan organisasi sekolah, daerah domisili kita dan seterusnya.
Pengguna jejaring sosial Facebook sudah mencapai 300 juta orang, kurang lebih setara dengan jumlah penduduk Amerika Serikat.
“Jumlah pengguna memang sangat banyak, tetapi yang kami pikirkan dari jumlah tersebut adalah bahwa kami baru saja mulai mencapai tujuan kami, yakni menghubungkan setiap orang,” kata Mark Zuckerberg, Chief Executive Officer Facebook pada blog-nya. “ Mark Zuckerberg tidak memperhatikan dampak negatif dari facebook ……………………!!!!!!!!!!”

2. Faktor-faktor yang menyebabkan Facebook digemari oleh masyarakat

Situs pertemanan Facebook memungkinkan seseorang untuk menemukan teman lama, menemukan teman baru, menjalin pertemanan, bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain, mengirimkan pesan dan komentar.
Selain fasilitas-fasilitas utama yang disebutkan, masih sangat banyak fasilitas-fasilitas yang ditawarkan situs itu, baik secara formal atau non-formal, independen atau dependen.
Kini jumlah facebooker Indonesia jauh melebihi pengguna di Singapura dan Malaysia. Padahal Facebook hingga pertengahan 2007 nyaris tak dilirik pengguna Internet di sini. Tapi, memasuki pertengahan tahun lalu, jumlah akses ke situs ini melonjak tajam dan menempatkannya sebagai situs ranking kelima yang paling banyak diakses di Indonesia. Bahkan Indonesia tercatat dalam sepuluh besar negara pemakai situs yang mulai dibuka untuk umum pada 2006 ini, yaitu 150 juta orang–sekitar 700 ribu orang berasal dari Indonesia.
Tidak ada situs jejaring sosial lain yang mampu menandingi daya tarik Facebook terhadap user. Pada tahun 2007, terdapat penambahan 200 ribu account baru perharinya Lebih dari 25 juta user aktif menggunakan Facebook setiap harinya. Rata-rata user menghabiskan waktu sekitar 19 menit perhari untuk melakukan berbagai aktifitas di Facebook.

Jumat, 29 April 2011

CONTOH IDENTIFIKASI MAKNA DALAM AL-QUR’AN

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang pembacaannya bernilai ibadah. Ia menjadi sebuah mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada nabi Muhammad yang di dalamnya telah mencakup ajaran dari kitab-kitab sebelumnya sebagaimana telah disebutkan dalam firman Allah Surat Al-Maidah ayat 48 sebagai berikut.

“ Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu. Kami berikan aturan dan jalan yang terang.”
Adapun salah satu kemukjizatan al-quran yang dapat dilihat adalah dari segi kesusastraannya. Dalam hal ini al-quran telah mampu mengalahkan kemampuan bangsa arab masa jahiliyah yang dulu telah terkenal dengan kemampuannya yang tinggi di bidang kesusastraan arab. Al-Qatthan (2009: 329) mengatakan bahwa pada hakikatnya al-quran itu mukjizat dengan segala makna yang dibawakan dan dikandung oleh lafadz-lafadznya.
Dengan adanya hal di atas, maka kita dapat melihat bahwasanya lafadz-lafadz dalam al-quran memiliki kandungan makna yang mendalam. Sebuah lafadz dalam al-qur’an dapat mempunyai makna yang berbeda-beda sesuai konteksnya, bahkan lafadz yang telah kita ketahui adanya kemiripan makna ternyata masih memiliki spesifikasi lain yang dapat membedakannya. Hal inilah yang akan dipaparkan pada pembahasan makalah ini yakni identifikasi makna pada lafadz خاف dan خشي.
Melalui makalah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai: (a) makna خاف dan خشي dalam kamus, (b) maknaخاف dalam al-quran, (b) makna خشي dalam al-quran, (c) identifikasi makna خاف dan خشي dalam kajian makna (ilmu semantik).

B. Makna خاف dan خشي dalam Kamus
Munawwir (1997) menyebutkan dalam kamus munawwir lafadz خشي dan خاف bermakna takut. Sedangkan Al-Yassu’i (1986) lafadz خشّى dalam kamus munjid
disepadankan dengan lafadz خوّف . Kesamaan makna ini juga ditemukan dalam kamus al-mawrid. Baalbaki (2001) menyebutkan dalam kamus ini (al-mawrid) lafadz خوّف danخشّى bermakna to frighten (menjadi takut), scare (ketakutan), alarm (ketakutan, kegelisahan), fill with fear (dipenuhi rasa takut).

C. Makna خاف dalam Al-quran
Lafadz خافdan derivatifnya ،يخاف،تخاف، أخاف،نخاف، يخافون، خوف، خافوا، خافت، خفّت) خفتم) dalam al-Qur’an yang berhasil kami temukan sebanyak 69 kali dengan perincian sebagai berikut.
1. Lafadz خاف sebanyak lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS al-Baqoroh: 182
b. QS Hud: 103
c. QS Ibrahim: 14 d. QS Ar-Rohman: 46
e. QS An-Nazi’at: 40
2. Lafadz يخاف lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Thoha: 112
b. QS An-Naml: 10
c. QS Qaaf: 45 d. QS al-Jin: 13
e. QS Asy-Syams: 15
3. Lafadz تخاف sebanyak satu kali yaitu dalam QS Thoha: 77
4. Lafadz أخاف 20 kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Al-Maidah: 28
b. QS Al-An’am: 15, 80, 81
c. QS Al-A’rof: 59
d. QS Al-Anfal: 49
e. QS Yunus: 15
f. QS Huud: 3, 26, 84
g. QS Maryam: 45 h. QS Asy-Syu’aro’: 12, 135
i. QS Al-Qashash: 34
j. QS Az-Zumar: 13
k. QS Al-Ghoofir: 26,30,32
l. QS Al-Ahqoof: 21
m. QS Al-Hasyr: 16
5. Lafadz نخاف dua kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Thoha: 45
b. QS Al-Insan: 10
6. Lafadz يخافون delapan kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Al-Ma’idah: 23,54
b. QS Al-An’am: 51
c. QS An-Nahl: 50 d. QS An- Nuur: 37,50
e. QS Adz-Dzariyat: 37
f. QS Al-Mudatssir: 53
7. Lafadz خوف 16 kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS. Al-Baqoroh: 37, 62, 112, 262, 274, 277
b. QS Ali Imron: 170
c. QS Al-Ma’idah: 69
d. QS Al-An’am: 48 e. QS Al-A’rof: 35, 49
f. QS Yunus: 62, 83
g. QS Az-Zuhruf: 68
h. QS Al-Ahqof: 13
i. QS Quroisy: 4
8. Lafadz خافوا sebanyak satu kali yaitu pada QS An-Nisaa’: 9
9. Lafadz خافت sebanyak satu kali yaitu pada QS An-Nisaa’: 128
10.Lafadz خفّت lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Al-A’rof: 9
b. QS Maryam: 5
c. QS Al-Mu’minuun: 103 d. QS Al-Qoshosh: 7
e. QS Al-Qoori’ah: 8
11.Lafadz خفتم lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Al-Baqoroh: 229
b. QS An-Nisaa’: 3,35,101
c. QS At-Taubah: 28
Semua kata خاف dan derivatifnya di atas mempunyai makna yang sama yaitu takut dan ada juga yang bermakna khawatir, akan tetapi objeknya berbeda-beda, adakalanya takut kepada Allah, takut kepada ahli wasiat kebaikan, takut dalam berbuat adil, dan lain sebagainya. Berikut adalah contoh beberapa ayat dan terjemahannya yang di dalamnya terdapat kata خاف dan derivatifnya.
a. Bermakna khawatir (takut) terhadap orang yang ahli berwasiat yang wasiatnya sesuai dengan syar’iy.
(akan tetapi) barangsiapa khawatir (takut) terhadap orang yang berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka, Maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah : 182)
b. Bermakna takut dalam hal keadilan terhadap istri.
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS. An-Nisaa’ : 3)
c. Bermakna takut terhadap kebesaran Rabbnya.
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. (QS. An-Nazi’aat : 40)
d. Bermakna rasa ketakutan, Shihab (2000:780) dalam kitab tafsirnya Al-Mishbah menuturkan bahwa orang Quraisy adalah termasuk kabilah yang terkenal dan terbesar yang sangat menentukan kebijakan di jazirah arab. Dan melalui surat ini Allah mengingatkan mereka untuk menyembah Dzat yang memiliki Ka’bah yang karena-Nya mereka dimuliakan, hidup aman, dan tenteram.
1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas
3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah Ini (Ka'bah).
4. Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

D. Makna خشيdalam Al-quran
Lafadz خشي dan derivatifnya ( ،يخشى يخشون dan خشية) dalam al-Qur’an yang berhasil kami temukan sebanyak 19 kali dengan perincian sebagai berikut.
1. Lafadz خشي sebanyak tiga kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS An-Nisaa’: 25
b. QS Qoof: 33
c. QS Al-Bayyinah: 8
2. Lafadz يخشى sebanyak lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Thoha: 3, 44
b. QS Fathir: 28
c. QS An-Naazi’at: 26 d. QS ‘Abasa: 80
e. QS Al- a’laa: 10
3. Lafadz يخشون sebanyak enam kali yaitu dalam surat berikut
a. QS An-Nisaa’: 77
b. QS Al-Anbiya’ : 49
c. QS Al-Ahzab: 39 d. QS Fathir: 18
e. QS Az-Zumar: 23
f. QS Al-Mulk: 12
4. Lafadz خشية sebanyak lima kali yaitu dalam surat berikut.
a. QS Al-Baqoroh: 74
b. QS An-Nisaa’: 77
c. QS Al- Isra’: 31,100 d. QS Al-Mu’minuun: 57
e. QS Al-Hasyr: 21
Adapun dari penyebutan sebanyak 19 kali diatas makna lafadz خشي dan derivatifnya di dalam al-Qur’an seluruhnya adalah takut. Akan tetapi ketakutan disini penisbatannya berbeda-beda. Adakalanya takut kepada Allah, takut kepada manusia, takut kepada kemiskinan, takut/ enggan membelanjakan harta dan adakalanya takut kepada adzab allah. Namun diantara empat penisbatan tadi sebagian besar rasa takut ini dinisbatkan kepada allah dengan penyebutan sebanyak 13 kali yakni pada surat berikut.
a) QS. Qaf: 33
b) QS. Al-Bayyinah: 8
c) QS. Al- Baqoroh: 74
d) QS. An-Nisaa’: 77
e) QS. Thoha: 3,44
f) QS. Faathir: 28 g) QS. An-Nazi’at: 26
h) QS. ‘Abasa: 9
i) QS. Al-A’laa: 10
j) QS Al-Ahzab: 39
k) QS Az-Zumar: 23
l) QS Al-Mulk: 12
QS. An-Nisaa’: 77

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: ‘Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!’setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya”
Pada ayat di atas lafadz يخشون dan خشية berasal dari akar kata yang sama yaitu خشي. Shihab(2000: 491) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan sekelompok kaum muslim yang tadinya berada di Mekkah, dianiaya oleh orang-orang musyrik dan memohon kepada Allah untuk diizinkan berperang pada awalnya Rosulullah melarang karena akan berakibat fatal. Namun beberapa saat kemudian ketika mereka telah hijrah ke madinah dan merasa nyaman dan perintah berperang turun justru mereka merasa bahwa perintah tersebut begitu tiba-tiba dan mereka berberat hati. Maka turunlah ayat tersebut dan mereka takut berperang (takut kepada manusia) sebagaimana takutnya kepada Allah. Pada rasa takut seperti inilah lafadz يخشون dan خشيةdipergunakan. Pada ayat ini rasa takut dinisbatkan kepada manusia dan juga pada Allah karena disini rasa takut tersebut adalah rasa takut kepada manusia seperti rasa takut pada allah bahkan bisa lebih.
QS. Thoha: 3
“2) Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah 3) Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).”
Pada ayat di atas lafadz يخشى berasal dari akar kata خشي. Shihab(2000: 491) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwa pada mulanya lafadz يخشى pada ayat tersebut bermakna takut. Sementara ulama’ memahami kata tersebut dalam arti rasa takut yang bercampur rasa kagum. Melalui ayat ini digambarkan bahwa alquran akan disambut dengan baik oleh mereka yang dalam jiwanya terdapat kecenderungan untuk takut pada Allah dan kagum kepada tuntunan-tuntunanNya atau kepada mereka yang mengerahkan jiwa dan pikirannya kepada panggilan Allah dan Rosulnya sehingga pada akhirnya ia menjadi seorang yang terus menerus takut dan kagum kepada Allah.
QS Thoha: 44
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".
Shihab(2000: 491) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwa lafadz
لعلّه يتذكّر أو يخشى mengisyaratkan bahwa peringkat dzikir yang terus menerus yang mengantar kepada kehadiran Allah dalam hati dan kekaguman kepadaNya merupakan peringkat yang lebih tinggi dari pada peringkat takut.
Adapun yang takut membelanjakan hartanya (kemiskinan) terdapat pada surat al-Isra’ ayat 31.
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.“
Shihab(2000: 491) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwa penggunakan lafadz خشية yang berarti takut pada ayat ini karena kemiskinan yang dikhawatirkan boleh jadi akan dialami anak maka setelah itu lafadz tersebut disambung dengan jaminan yang diberikan allah kepada anak-anak yang dikhawatirkan dan juga kepadanya (orang tersebut yang takut memiliki anak).
Pada surat al-Isra’ ayat 100 makna خشية yang merupakan derivasi dari lafadz خشي bermakna takut dalam hal membelanjakan harta.
“Katakanlah: ‘Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya’. dan adalah manusia itu sangat kikir.”
Pada ayat di atas lafadz خشية berasal dari akar kata خشي. Shihab(2000: 556) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwasanya ayat tersebut merupakan pengandaian bahwa jika kaum musyrikin mempunyai perbendaharaan/ gudang-gudang Allah maka mereka akan enggan/takut membelanjakannya/ mengeluarkan sebagian darinya karena mereka sangat kikir. Lafadz خشية disinilah yang digunakan untuk member makna takut/ enggan membelanjakan harta.
Sedangkan rasa takut akan adzab Allah terdapat pada Surat Al-Mu’minun ayat 57, Surat Al-Anbiya’ 49, dan Surat Al-Fathir ayat 18.
QS Fathir: 18
“...Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan mereka mendirikan sembahyang....”
Shihab(2000: 556) menafsirkan dalam kitabnya tafsir Al-Misbah bahwa penguraian yang menyangkut beberapa ketentuan dalam ayat ini dapat menyebabkan seseorang takut, akan tetapi hal yang demikian tidak berpengaruh bagi kaum musyrikin. Mereka beranggapan bahwa manfaat peringatan nabi hanya dapat menyentuk orang-orang yang takut kepada adzab Tuhan mereka yang dalam keadaan ghaib yakni sekalipun mereka tidak melihatnya tetapi mereka tetap menjalankan perintahNya(sembahyang).

E. Identifikasi Makna خاف dan خشي dalam Kajian Semantik
Chaer (1990: 2) mengatakan bahwasanya kata semantik telah disepakati sebagai istilah dalam semantik yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Selanjutnya Chaer (1990:3) juga menyebutkan bahwasanya cakupan semantik hanyalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
Melalui penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa kajian dalam semantik adalah merupakan kajian makna. Adapun objek kajiannya yaitu makna yang berkaitan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Bila dihubungkan dengan penjelasan tersebut maka kajian semantik pada pembahasan makalah ini adalah kajian makna berkenaan dengan bahasa arab sebagai bahasa yang formal yang digunakan di dalam al-Qur’an.
Setelah pembahasan sebelumnya yang menganalisis makna خاف dan خشي yang terdapat dalam kamus kemudian juga yang terdapat dalam al-qur’an maka selanjutnya pada point ini kita membandingkannya. Makna خاف dan خشي dalam kamus memiliki arti yang sama yaitu takut. Kita juga mendapati makna keduanya memiliki makna yang sama dalam al-qur’an yakni takut sekalipun tak dapat dipungkiri juga bahwasanya memang terdapat sedikit perbedaan.
Melalui penjelasan di atas bila dihubungkan dengan kajian semantik maka hal ini masuk dalam pembahasan tentang relasi makna. Ainin dan Asrori (2008: 61) menyebutkan bahwasanya relasi makna maksudnya adalah hubungan makna dari kata yang berbilang makna atau hubungan makna dari sejumlah kata. Selanjutnya juga disebutkan bahwasanya relasi makna dalam bahasa arab disini ada lima yaitu (1) Sinonim(mutaradifat), (2) antonim(adhdat dan mudhadat), (3) homonimi (musytarak lafdzi), (4) hiponim-hipernim, dan (5) musytarak mudhad.
Adapun خاف dan خشي tergolong dalam relasi makna yang berupa sinonim (mutaradifat). Verhar (dalam Pateda, 1986: 100) mengatakan definisi sinonim yaitu ungkapan (biasanya sebuah kata tetapi dapat pula berupa frase atau malah kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan yang lain. Selanjutnya Pateda (1986:100) juga berpendapat bahwasanya hal tersebut (definisi Verhar) memang beralasan karena kesamaan makna tidak berlaku sempurna artinya meskipun maknanya sama tetapi tetap memperlihatkan perbedaan-perbedaan.
Dalam hal kajian makna dalam al-qur’an pendapat Pateda tersebut juga sejalan dengan pernyataan Asy-Syati’i (dalam Ainin, 2008:67) yang mengemukakan bahwa kata-kata dalam al-Quran yang oleh para mufasir dipandang bersinonim, dapat saling menafsirkan dan menggantikan menurutnya tidak benar. Berdasarkan penelitiannya, ia berkesimpulan bahwa al-Quran menggunakan secara cermat kata-kata yang di pandang bersinonim tersebut dengan makna masing-masing.
Adapun خاف dan خشي menurut kami juga condong terhadap pernyataan di atas yakni meskipun dalam kamus keduanya memiliki makna yang sama dan di dalam al-Qur’an juga makna keduanya sama yakni takut sehingga kami pun menggolongkannya dalam relasi makna yang berupa sinonim, akan tetapi terdapat perbedaan pada tingkatan rasa takut tersebut. Pada analisis di pembahasan sebelumnya lafadz خشي memiliki tingkatan makna yang lebih tinggi dibandingkan lafadz خاف. Hal ini dapat kita lihat dalam penggunaannya yang sebagian besar (yaitu 13 dari 19 penyebutan yang berhasil kami temukan) dinisbatkan kepada hak Allah dan bahkan dalam analisis sebelumnya juga disebutkan bahwasanya dalam beberapa ayat digambarkan bahwa rasa takut dalam lafadz خشي adalah rasa takut yang bercampur kagum sehingga ada keinginan untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya. Sedangkan lafadz خاف pada data yang telah kita temukan sebagian besar bermakna takut kepada sesuatu selain Allah, seperti takut untuk tidak adil, takut pada orang yang berwasiat yang mana wasiatnya tersebut sesuai dengan syar’iy, dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga yang bermakna takut kepada Allah SWT walaupun hanya dalam beberapa ayat, sehingga dalam penyimpulan makna خاف sebaiknya dilihat juga konteks ayat tersebut.
Analisis kami di atas juga dikuatkan oleh penjelasan Al-Qaththan (2009:251) dalam bukunya Pengantar Studi Ilmiu Al-Qur’an sebagai berikut.
“ Makna “al-khasyyah” lebih tinggi dari”al-khauf” karena “al-khasyyah” diambil dari kata-kata “syajarah khasyyah” artinya pohon yang kering. Jadi arti “al-khasyyah” adalah rasa takut yang sangat. Sedangkan ”al-khauf” berasal dari kata “naqah khaufa” artinya onta betina yang berpenyakit, yakni mengandung kekurangan. Di samping itu “al-khasyyah” ialah rasa takut yang timbul karena agungnya pihak yang di takuti meskipun pihak yang mengalami takut itu seorang yang kuat. Dengan demikian “al-khasyyah” adalah ”al-khauf” atau rasa takut yang disertai rasa hormat (takdzim). Sedangkan ”al-khauf” adalah rasa takut yang timbul karena lemahnya pihak yang merasa takut kendati pihak yang ditakuti itu remeh. Akar kata “al-khasyyah” terdiri atas kha’, syin, dan ya’ di dalam tashrifnya menunjukkan sifat keagungan dan kebesaran. Seperti “as-Syaikh” yang berarti as-sayyid al-kabir dan al-khaisy (al-ghalidz min libaas) yang artinya pakaian yang kasar. Oleh karena itu kata “al-khasyyah” sering digunakan berkenaan dengan hak Allah. “

Jadi melalui penjelasan Al-Qaththan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya lafadz خشي memiliki tingkatan makna yang lebih tinggi dibandingkan lafadz خاف memang benar adanya.

F. Kesimpulan
Lafadz خاف dan خشي dalam kajian semantik termasuk dalam pembahasan relasi makna berupa sinonim. Pengertian dari sinonim sendiri yaitu dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Hal ini di dasarkan pada analisis dua kata tersebut baik dalam kamus maupun dalam al-Qur’an. Analisis dalam kamus menunjukkan bahwa kedua kata tersebut memiliki makna yang sama. Demikian halnya dengan makna keduanya juga sama di al-Qur’an hanya saja tingkatan lafadz خشي lebih tinggi dari lafadz خاف . Hal ini terjadi karena memang kesamaan makna itu tidak berlaku sempurna artinya meskipun maknanya sama tetapi tetap memperlihatkan perbedaan-perbedaan.


DAFTAR RUJUKAN

Al- Qaththan, Manna’.2009. Pengantar Studi Ilmiu Al-Qur’an. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.

Al-Yassu’i , Fr. Louis Ma’luf dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu’i. 1986. Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam. Lebanon: Saahah an-Najmah.

Ainin, Mohammad dan Imam Asrori. 2008. Semantik Bahasa Arab. Surabaya: Hilal Pustaka.

Baalbaki, Rohi. 2001. Al-Mawrid: A Modern Arabic- English Dictionary. Lebanon: Daar El Elm Lil Malayin

Chaer, Abdul.1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Jakarta: Nusa Indah.

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif.


Shihab, M. Quraish. 2000. Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian
Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

Kamis, 21 April 2011

perkembangan bunyi dalam fonologi

A. Pendahuluan
Bahasa sebagai alat interaksi, komunikasi, dan bekerjasama dalam kehidupan. Dengan bahasa semua kebutuhan dapat tercapai, karena adanya konsep kerjasama dalam sebuah komunikasi, oleh karena itu bahasa adalah yang utama di dalam kehidupan sosial.
Masyarakat sebagai pelaku bahasa mempunyai hukum yang sangat dijunjung tinggi di dalam komunitasnya, oleh karena itu perbedaan lingkungan dan penuturnya yang bermacam-macam karakteristiknya sangat mempengaruhi perbedaan dan perkembangan bunyi, karena lingkungan dan letak geografis adalah salah satu factor terhadap perkembangan bunyi dan bahasa yang digunakan.
Para ahli bahasa sepakat bahwa fase kemampuan berbahasa agak terlambat jika dibandingkan dengan fase-fase pertumbuhannya seacara keseluruhan. Manusia primitive di periode-periode zaman batu (the stone ages) berusaha untuk mengolah verbal, pertama-tama mereka mendengar reaksi dan bunyi yang ada di alam sekitar, akan tetapi karena keterbatasan mereka dalam menirukannya maka kemampuan menirukan suara-suara alam sekitar itu hadir menyusul pada fase berikutnya. (Kholisin dan Yusuf, 2005:101)
Kemampuan verbal ini hanya terbatas pada pengungkapan hajat hidup yang primer, seperti ekspresi birahi, upaya melawan musuh, dan usaha untuk mempertahankan kelestarian hidup. Mereka berusaha untuk mengungkapkan sesuatu dengan bunyi bahasa dengan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya sehingga kebutuhan hidup primer mereka dapat terpenuhi.
Dalam makalah ini akan dibahas dengan singkat perkembangan bunyi bahasa dan sedikit pembahasan tentang lahjah, karena lahjah mempunyai hubungan erat dengan bunyi. Di dalamnya juga akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan bunyi antara satu daerah dengan daerah yang lain, sehingga semua pembahasan di dalamnya akan mencakup semua bahasan tentang perkembangan bunyi.

B. Lahjah (Gaya Bahasa)
Hilal (1998:21) dalam bukunya) اللهجات العربيّة نشأة و تطوّرا (menjelaskan bahwa bahasa digunakan untuk berinteraksi antar individu maupun kelompok sehingga mereka dapat mengutarakan keinginannya dengan lantaran bahasa. Fandris (dalam Hilal, 1998) juga berpendapat bahwa manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup tanpa interaksi dengan lainnya, hal ini merupakan sifat alami yang dimiliki oleh manusia.
Lahjah adalah bahasa manusia, yang mana manusia tersebut terbentuk darinya atau berkembang dengannya. Maksud dari pengertian tersebut adalah cara berbahasa (pengucapan bunyi) pada suatu daerah atau wilayah tertentu. Dan ada juga yang berpendapat bahwa Lahjah adalah kebiasaan suatu komunitas dalam berbicara dengan menggunakan satu gaya (Hilal 1998:27)
Lahjah terbentuk dari dua wajah/cara:
1. Lahjah terbentuk dari kata لهج الفصيل أمّه yang artinya anak kecil sedang menetek ibunya
2. Lahjah terbentuk dari kata لهوج /ألهج yang artinya kesenangan atau ketetapan atau keteguhan.
Perbedaan ucap (bunyi) dalam berbahasa suatu komunitas tertentu merupakan sebuah hal yang maklum dikarenakan banyaknya lingkungan dan masyarakatnya dengan karakter yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa contoh perbedaan Lahjah pada beberapa komunitas:
1. Perbedaan ucap kata الجيم , orang arab mengucapkannya di tengah-tengah lidah sedangkan orang mesir mengucapkannya di langit-langit mulut.
2. Perbedaan ucap kata الليلة komunitas fushha mengucapkan dengan /al-lailah/ sedangkan komunitas ‘a:miyah mengucapkannya dengan /ile:lat/
3. Perbedaan hukum ibdal pada fiil berwazan افتعل, kebanyakan orang arab menggantikan huruf wawu pada fiil اووصل dengan ta’ اتّصل tapi orang hijaz mengucapkannya dengan mengganti wawu dengan ya’ maka ايتصل.

C. Perkembangan Bunyi Bahasa
Perbedaan antara lingkungan dan masyarakat satu dengan lainnya dalam penyusunan suara atau bunyi hingga menjadi bahasa menuntut perubahan-perubahan bunyi itu sendiri, karena lingkungan dan masyarakat merupakan sebuah pengaruh besar dalam perubahan bunyi. Nawwah (dalam Hilal 1998) menuturkan bahwa secara alami lingkungan dan masyarakatnya sangat berpengaruh dalam pembentukan bunyi, tapi bukan berarti perbedaan ini antara satu bahasa dengan bahasa yang lain akan tetapi hanya dalam hal pelafalan atau bunyi saja sehingga hal ini membuat bunyi berkembang dan mempunyai bentuk-bentuk baru.
Para pakar bahasa sepakat bahwa bahasa adalah ka:inun hay ‘fenomena yang dinamis’ yang senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini karena bahasa pada hakekatnya hanyalah sebuah kebiasaan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap yang sama akan tetapi perbedaan lingkungan dengan masyarakatnya yang bermacam-macam karakter sehingga bunyi yang dihasilkan berbeda-beda
Menurut Fandris (dalam Hilal 1998) setiap bahasa memiliki hubungan yang erat dalam suara (pengucapan) antara satu huruf dengan huruf yang lain sehingga hubungan ini sebagai aturan dalam berbahasa karena bahasa tidak terbentuk dari sesuatu yang lain akan tetapi dari sesuatu yang sudah menjadi aturan. Umar (1985:317) menuturkan bahwa para pakar bahasa juga sepakat apabila perbedaan bunyi dan bahasa ini sebagai aturan yang ada di dalam ilmu fonologi.
Berikut akan dipaparkan beberapa pendapat sebagian pakar linguistic seputar factor yang mempengaruhi penggunananya dan perkembangannya. Anis 1979 (dalam Kholisin dan Yusuf 2005) menyebutkan 5 faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
1. Perbedaan Alat Ucap
Sebagaian ahli berpendapat bahwa perkembangan bunyi bahasa disebabkan oleh adanya perkembangan bentuk anatomi organ wicara. Akan tetapi berdasarkan teori anatomi, pendapat ini tidaklah kuat. Sebab pada kenyataannya organ wicara pada setiap orang itu tidak ada bedanya. Sebagai contoh seorang penyanyi yang suaranya merdu secara struktur organ wicara memiliki paru-paru, kerongkongan, lidah, dan rongga mulut yang tidak berbeda dengan orang lain. Perbedaan antara mereka hanyalah pada kemampuan mengatur dan mengolah suara saja. Bukti lain yang melemahkan teori ini adalah bahwa seorang guru fonetik mampu mengajar anak didiknya untuk mengucapkan bunyi-bunyi bahasa tertentu tanpa mengubah organ wicaranya.
2. Lingkungan Geografis
Faktor lingkungan geografis mempunyai pengaruh yang cukup besar pada perkembagan bunyi bahasa hal ini dikatakan oleh H. Cillitz. Orang yang hidup di lingkungan yang keras, padat penduduk, gersang dan tandus akan mempunyai ciri bunyi-bunyi bahasa yang keras. Collitz pun mengatakan bahwa bahasa-bahasa yang berkembang didaerah dataran tinggi cenderung mempunyai bunyi-bunyi yang kasar. Akan tetapi toeri Collitz ini dibantah oleh Jespersen, karena menurut fakta ada bahasa-bahasa tertentu yang berasal dari daerah dataran tetapi juga memiliki sifat yang kasar dan keras.
3. Teori Psikologis
Pendapat ini menyatakan bahwa perkembangan bunyi bahasa dipengaruhi oleh kondisi psikologis suatu bangsa atau komunitas. Bangsa yang cenderung menyukai ketenangan dan ketentraman memiliki bunyi bahasa yang halus sementara bangsa yang cenderung ingin menguasai dan keras cenderung mempunyai bunyi bahasa yang keras. Sebagai contoh didaerah jawa yang mempunyai ciri khas tersendiri dan selalu menyukai ketenangan mereka mempunyai bahasa jawa yang halus atau biasa kita sebut dengan bahasa krama.
4. Teori Kemudahan
Menurut Gurtius Whitney, perkembangan bunyi bahasa dipengaruhi oleh kecenderungan manusia untuk melakukan segala sesuatu, termasuk dalam mengucapkan bunyi bahasa. Ketika berbicara dengan orang lain seseorang akan selalu mencari cara pengujaran yang paling mudah. Pedukung teori ini mengemukakan bahwa perkembagan bunyi bahasa terjadi sevara spontan, tanpa disadari. Ketika seseorang mengucapkan bunyi bahasa tertantu dengan memperingan, ia tidak merasa bahwa ia telah melakukan pengubahan [pada bunyi bahasa yang diucapkan. Jadi proses tersebut terjadi secara spontan. Sebagai contoh perbedaan terdapat pada bunyi-bunyi berat atau shaut majhur dan bunyi-bunyi ringan atau shaut mahmus.
5. Teori Intensitas Kemunculan
W. Thomsen dan beberapa ahli lainnya mengemukakan bahwa bunyi dan bentuk-bentuk lain (kata, frase) yang mempunyai frekuensi pemakaian tinggi mempunyai kemungkinan berkembang dan berubah lebih besar daripada fonem dan bentuk lain yang jarang muncul.
Perkembangan bahasa dari aspek bunyi lebih banyak terjadi dan lebih bervariasi daripada perkembangan aspek-aspek lainya seperti struktur sintaksis dan leksikal, karena aspek bunyi banyak berkaitan dengan bahasa lisan, dan bahasa lisan mempunyai dinamika yang lebih tinggi daripada bahasa tulis. Oleh karena itu, Umar (1985: 319-324) menyebutkan enam faktor yang secara umum berpengaruh pada perkembangan bunyi bahasa, yaitu:
1. Hukum Grammont yang terkenal dengan sebutan law of the stronger
Menurut Maurice Grammont, jika terjadi proses saling pengaruh antara dua bunyi, maka bunyi yang lemah dipengaruhi oleh bunyi yang kuat. M. Naja 1972 (dalam Kholisin dan Yusuf, 2005) memberikan kriteria antara lain:
• Bunyi bersuara lebih kuat daripada bunyi takbersuara
Contoh: Lafadzيلهث ذلك , dzal’ bersuara, tsa’ tarusaha.
• Bunyi oklusif lebih kuat dari bunyi frikatif
• Bunyi koronal lebih kuat dari non-koronal
• Bunyi emfatik lebih kuat daribunyi non-emfatik
Contoh: إذ ظلّ, dho’ emfatik, dzal non-emfatik.
• Bunyi obsturen lebih kuat dari bunyi sonoran.
Selain lima kriteria di atas, Syahin 1982 (dalam Kholisin dan Yusuf, 2005) memberikan kriteria lain, yaitu:
• Bunyi konsonan yang diikuti vokal yang tidak dapat dibuang karena berupa vokal panjang, atau telah dibuang, sehingga tidak mungkin adanya pembuangan lagi berkedudukan lebih kuat daripada konsonan sebelumnya. Misalnya: من بعد ذلك
2. Prinsip Efisiensi Tenaga (The Low Of Least Effort)
Dalam bahasa lisan, setiap pembicara cenderung memilih cara yang paling efisien, dalam arti mencari yang lebih mudah dengan hasil maksimal. Dengan prinsip ini seorang pembicara akan mengganti fonem-fonem yang dirasa berat untuk diucapkan dengan fonem yang lebih mudah selama hal itu memudahkan dan tidak merubah makna. Misalnya, ketika mengucapkan dua fonem /t/ yang berurutan seperti pada kalimat: جلست تقرأ القرآن
3. Prinsip Frekuensi Kemunculan (Frequency Of Occurrence)
Dalam prinsip ini kemungkinan berkembang dan berubahnya bunyi bahasa sangat dipengaruhi oleh frekuensi pemakaiannya. W. Thomsen (dalam Kholisin dan Yusuf 1996) dan beberapa ahli lainnya mengemukakan bahwa bunyi (fonem) dan bentuk-bentuk lain yang mempunyai frekuensi pemakaian tinggi akan lebih besar kemungkinan berkembang dan berubahnya daripada fonem dan bentuk lain yang jarang muncul. Para ahli bahasa terdahulu ternyata telah menjadikan hal ini sebagai pertimbangan mereka dalam berbahasa, sekalipun mereka belum dapat menjadikan prinsip ini sebagai teori dalam kajian-kajian kebahasaan.
4. Faktor kecepatan
Kecepatan juga merupakan salah satu faktor dalam kemungkinan berkembangnya bunyi bahasa. Contoh yang biasa digunakan yaitu ketika dalam perdebatan. (Kompetisi Debat Brawijaya 2009) mengemukakan bahwa pada sesi kedua dalam sebuah perlombaan debat, terdapat sesi debat atraktif, format atraktif yaitu debat langsung antara tim pro dan kontra saling sahut menyahut. Sesi ini jelas menuntut para peserta debat untuk cenderung berbicara dengan kecepatan yang tidak memberikan ruang kepada lawan bicaranya untuk menyela sebelum penjelasannya selesai.
5. Prinsip keseimbangan
Dalam hal ini perkembangan bunyi bahasa sangat dipengaruhi oleh dialek dari setiap komunitas bahasa. Martinet (dalam kholisin dan yusuf 1996) mengemukakan bahwa perkembangan kebahasaan tidak terjadi karena kebetulan atau karena fenomena yang tidak saling terkait. Perkembangan itu ternyata tunduk pada aturan atau konvensi tertentu. Salah satu bukti dari pernyataan itu, dialek Cairo yang mengucapkan /ج/ dengan [g] tidak mengucapkan /ق/ dengan [g] tetapi dengan [?], seperti جدال/jidal/ [gidal] ‘debat’ dan قلم/qolam/ [?lam] ‘pena’. Sebaliknya, dialek Yaman yang mengucapkan /ج/ dengan [y], bukan [g], mengucapkan /ق/ dengan [g], seperti jamal [yamal], qolam [golam].
6. Faktor Ekstralinguistik
Selain dipengaruhi oleh faktor linguistis, Perkembangan bunyi bahasa juga dipengaruhi oleh faktor ekstralinguistik. Maksudnya, perkembangan bunyi bahasa juga dipengaruhi oleh lingkungan. Misalnya, jika suatu komunitas berpindah ke suatu daerah tertentu yang menggunakan dialek lain, atau bahkan bahasa lain cenderung akan mempertahankan bahasa komunitas tersebut untuk menunjukkan identitas atau untuk solidaritas antar anggota komunitas. Disisi lain, ia berusaha mempelajari dan menggunakan bahasa daerah tempat ia tinggal. Ketika menggunakan bahasa baru tersebut ia banyak dipengaruhi oleh bahasa pertama, dan di situlah terjadi proses asimilasi.

Daftar Rujukan
Hilal, Abdul Ghafar Hamid. 1998. اللهجات العربيّة نشأة و تطوّرا
Kholisin & Hanafi Yusuf. 2005. Buku Ajar Fonologi Bahasa Arab. Malang: PSPBA FS UM.
Umar, Achmad Mukhtar. 1985. دراسات الصوت اللغويّ . Kairo: ‘A:lamu Al-kutub Kairo.

Sabtu, 16 April 2011

Pragmatik dan komponen-komponennya

I. Definisi Pragmatik
Para pakar pragmatik mendefinisikan ini secara berbeda-beda. George (1964: 31 -8) misalnya, menyebutkan bahwa pragmatik adalah sesuatu yang menelaah keseluruhan perilaku insan, terutama sekali dalam hubungannya dengan tanda-tanda dan lambang-lambang. Pragmatik memusatkan perhatian pada cara insan berperilaku dalam keseluruhan situasi pemberian tanda dan penerimaan tanda.
Heatherington (1980: 155) menyebutkan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai ucapan-ucapan khususnya dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Pragmatik menelaah bukan saja pengaruh-pengaruh fonem suprasegmental, dialek, dan register, tetapi justru memendang performansi ujaran pertama-tama sebagai suatu kegiatan sosial yang ditata oleh aneka ragam konvensi sosial. Para teoritikus pragmatik telah mengidentifikasi adanya tiga jenis prinsip kegiatan ujaran, yaitu kekuatan ilokusi (illocutionary force), prinsip-prinsip percakapan (conversational principles), dan presuposisi (presuppositions).
Leech (1983: 6 (dalam Gunarwan 2004: 2)) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini disebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi.
Linguistic pragmatics ….. is at the intersectionof a number of fields within and outside of cognitive science: not only linguistics, cognitive psychology, cultural antrophology, and philosophy (logic, semantics, action theory), but also sociology (interpersonal dynamics and social convention) and rhetoric contribute to its domain (georgia green 1996: 1-2(dalam Louise Cummings 2005: 1))
Dalam bukunya yang berjudul Pragmatics, Stephen C. Levinson telah mengumpulkan sejumlah batasan pragmatik yang berasal dari berbagai sumber dan pakar yang mana rangkumannya sebagai berikut.
Pragmatik adalah telaah mengenai “hubungan tanda-tanda dengan para penafsir” (Morris 1938:6). Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan para penyimak dalam menyusun korelasi dalam suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi (rencana atau masalah). Dalam hal ini teori pragmatik merupakan bagian dari performansi.
Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dengan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain: telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat.
Levinson (1980: 1-27) pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain: telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat.

II. Perkembangan Pragmatik

Mey (1998), seperti dikutip oleh Gunarwan (2004: 5), mengungkapkan bahwa pragmatik tumbuh dan berkembang dari empat kecenderungan atau tradisi, yaitu: (1) kecenderungan antisintaksisme; (2) kecenderungan sosial-kritis; (3) tradisi filsafat; dan (4) tradisi etnometodologi.
Kecenderungan yang pertama, yang dimotori oleh George Lakoff dan John Robert Ross, menolak pandangan sintaksisme Chomsky, yaitu bahwa dalam kajian bahasa yang sentral adalah sintaksis, dan bahwa fonologi, morfologi, dan semantik bersifat periferal. Menurut Lakoff dan Ross, keapikan sintaksis (well-formedness) bukanlah segalanya, sebab, seperti sering kita jumpai, komunikasi tetap dapat berjalan dengan penggunaan bentuk yang tidak apik secara sintaksis (ill-formed), bahkan semantik (Gunarwan 2004: 6(.
Kecenderungan kedua, yang tumbuh di Eropa, tepatnya di Britania, Jerman, dan Skandinavia (Mey 1998: 717 (dalam Gunarwan 2004: 6)), muncul dari keperluan terhadap ilmu bahasa yang secara sosial relevan, bukan yang sibuk dengan deskripsi bahasa semata-mata secara mandiri.
Tradisi yang ketiga, yang dipelopori oleh Bertrand Russell, Ludwig Wittgenstein, dan terutama John L. Austin dan John R. Searle, adalah tradisi filsafat. Para pakar tersebut mengkaji bahasa, termasuk penggunaannya, dalam kaitannya dengan logika. Leech (1983: 2), seperti dikutip Gunarwan (2004: 7), mengemukakan bahwa pengaruh para filsuf bahasa, misalnya Austin, Searle, dan Grice, dalam pragmatik lebih besar daripada pengaruh Lakoff dan Ross.
Tradisi yang keempat adalah tradisi tradisi etnometodologi, yaitu cabang sosiologi yang mengkaji cara para anggota masyarakat tutur (speech community) mangorganisasi dan memahami kegiatan mereka. Dalam etnometodologi, bahasa dikaji bukan berdasarkan aspek kegramatikalannya, melainkan berdasarkan cara para peserta interaksi saling memahami apa yang mereka ujarkan. Dengan kata lain, kajian bahasa dalam etnometodologi lebih ditekankan pada komunikasi, bukan tata bahasa (Gunarwan 2004:6).

III. Semantik dan Pragmatik

Pada dasarnya, masalah pembedaan antara language dan speech, antara bahasa dan ujaran, berpusat pada perdebatan mengenai batas antara semantik dan pragmatik. Memang kedua bidang ini berkaitan dengan makna, tetapi terkadang batas antara keduanya sangat samar.
(1) Apa maksud lukisan ini?
(2) Apa yang anda maksud dengan lukisan ini?
Secara tradisional semantik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan dua arah, seperti yang tertera pada kalimat (1), sedangkan pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan tiga arah, seperti pada kalimat (2). Maka makna dalam pragmatik berhubungan dengan pembicara atau pemakai bahasa, sedangkan makna dalam semantik benar-benar dibatasi sebagai suatu sifat ekspresi dalam bahasa tertentu. Jadi dari segi maksud dan tujuan linguistik maka dapat ditarik batasan makna: pragmatik sebagai suatu telaah makna dalam hubungannya dengan aneka situasi ujaran.

IV. Pragmatik Umum

Pragmatik umum dapat dibagi atas:
a) Pragmalinguistik
b) Sosiopragmatik
pragmalinguistik adalah telaah mengenai kondisi-kondisi umum penggunaan komunikatif bahasa. Maka ini dapat diterapkan pada telaah pragmatikang tujuannya lebih mengarah kepada tujuan linguistik yang mempertimbangkan sumber-sumber khusus yang disediakan oleh suatu bahasa tertentu untuk menyampaikan ilokusi-ilokusi tertentu (ilokusi adalah cara melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu).
Sosiopragmatik adalah telaah mengenai kondisi-kondisi setempat atau lokal yang lebih khusus mengenai penggunaan bahasa. Dalam masyarakat setempat yang lebih khusus ini jelas terlihat bahwa prinsip koperatif atau prinsip kerjasama dan prinsip kesopansantunan berlangsung secara berubah-ubah dalam kebudayaan yang berbeda-beda atau aneka masyarakat bahasa, dalam situasi-situasi sosial yang berbeda-beda, diantara kelas-kelas sosial yang berbeda-beda, dan sebagainya. Dengan kata lain sosiopragmatik merupakan tapal batas sosiopragmatik.













Keterangan : Pragmatik Umum dan Cabang-cabangnya.

V. Pragmatik dan Tindak Ujar

A. Teori Tindak-Tutur
(i) Pembicara atau penulis dan penyimak atau pembaca
Dalam setiap situasi ujaran haruslah ada pihak penbicara atau penulis dan pihak pembaca atau penyimak. Hal ini mengandung implikasi bahwa pragmatik tidah hanya terbatas pada bahasa lisan tetapi juga bahasa tulis.
(ii) Konteks ujaran
Kata konteks dapat diartikan dengan berbagai cara, misalnya dengan memasukkan aspek-aspek yang sesuai atau relevanmengenai latar fisik dan sosial suatu ucapan.
(iii) Tujuan ujaran
Setiap situasi ujaran atau ucapan tentu mengandung maksud dan tujuan tertentu pula.
(iv) Tindak ilokusi
Bila tata bahasa menggarap kesatuan-kesatuan statis yang abstrak seperti kalimat-kalimat (dalam sintaksis) dan proposisi-psoposisi (dalam semantik), maka pragmatik menggarap tindak-tindak verbal atau performansi-performansi yang berlangsung di dalam situasi-situasi khusus dalam waktu tertentu. Maka ucapan dianggap sebagai suatu bentuk kegiatan suatu tindak ujar.
(v) Ucapan sebagai produk tindak verbal
Ucapan dalam konteks pragmatik dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengacu kepada produk suatu tindak verbal dan bukan hanya kepada tindak verbal itu sendiri.
B. Jenis tindak ujar
(a) Tindak lokusi
(b) Tindak ilokusi
(c) Tindak perlokusi (Austin 1962)
Secara singkat dapat dikatakan bahwa:
(a) Tindak lokusi : melakukan tindakan untuk menyatakan sesuatu;
Contoh: Pembicara berkata kepada penyimak bahwa X.
(b) Tindak ilokusi : melakukan suatu tindakan dalam mengatakan sesuatu;
Contoh: dalam mengatakan X, pembicara menyatakan bahwa P.
(c) Tindak perlokusi : melakukan suatu tindakan dengan menyatakan sesuatu;
Contoh: dengan mengatakan X, pembicara meyakinkan penyimak bahwa P.
C. Prinsip Konversasi
a) Prinsip kerjasama (cooperative principle)
b) Prinsip sopan santun (politenes principle)
Interaksi antara kedua prinsip ini menjadi bahan pembicaraan penting dalam pragmatik, khususnya dalam tindak ujar.
Yang masuk ke dalam prinsip kerjasama adalah empat kategori maksim yang berbeda, yaitu:
(1) Maksim kuantitas : memberi jumlah informasi yang tepat; yaitu:
(i) Membuat sumbangan seinformatif mungkin.
(ii) Jangan membuat sumbangan lebih informatif daripada yang diinginkan.
(2) Maksim kualitas: mencoba membuat kontribusi atau sumbangan yang merupakan sesuatu yang benar; yaitu:
(i) Jangan dikatakan apabila diyakini salah.
(ii) Jangan dikatakan apabila tidak tahu persis.
(3) Maksim relasi : menjaga kerelevansian.
(4) Maksim cara : menajamkan pikiran; yaitu:
(i) Menghindari ketidakjelasan ekspresi.
(ii) Menghindari ambiguitas.
(iii) Memberi laporan singkat.
(iv) Tertib dan rapi.
Yang masuk ke dalam prinsip sopan santun adalah enam kategori maksim yang berbeda, yaitu:
(5) Maksim kebijaksanaan (dalam kerugian dan keuntungan)
(i) Mengurangi dan memperkecil kerugian orang lain.
(ii) Menambah dan memperbesar keuntungan kepada orang lain.
(6) Maksim kedermawanan (kerugian dan keuntungan)
(i) Mengurangi keuntungan pribadi.
(ii) Menambahi pengorbanan bagi diri sendiri.
(7) Maksim penghargaan (dalam ekspresi dan asersi; dalam perasaan dan ketegasan)
(i) Mengurangi cacian pada orang lain.
(ii) Menambahi pujian pada orang lain.
(8) Maksim kesederhanaan (dalam ekspresi dan asersi)
(i) Mengurangi pujian pada diri sendiri.
(ii) Menambahi cacian pada diri sendiri.
(9) Maksim permufakatan (dalam ketegasan)
(i) Mengurangi ketidaksesuaian pada diri sendiri dan orang lain.
(ii) Meningkatkan persesuaian antara diri sendiri dan orang lain.
(10) Maksim simpati (dalam ketegasan)
(i) Mengurangi antipasti antara diri sendiri dan orang lain.
(ii) Memperbesar simpati antara diri sendiri dan orang lain.

Kamis, 14 April 2011

Misi kerasulan Muhammad SAW

Pertama:
Bahwa Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk menegakkan kembali agama tauhid yaitu Islam.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa mayoritas penduduk dunia sebelum diutusnya Rasul adalah penyembah berhala atau watsaniyyun (paganisme) walaupun ada beberapa yang masih memegang teguh agama Ibrahim dan ajarannya tapi tidak berarti sama sekali.
Fiqhus shirah à muhammad al-ghazaliy
 Paganisme telah banyak menggerogoti dan mematikan peradaban, sehingga manusia seperti sesuatu yang sangat rendah sehingga masuk di jurang kenistaan.
 Paganisme juga yang sangat bertanggung jawab dalam kerusakan agama yang dibawa oleh nabi Isa A.S. dengan adanya konsep trinitas dan penebusan dosa.
 Paganisme juga yang mempengaruhi agama-agama lain seperti Majusi dalam hal kesyirikan sehingga dunia bagaikan lautan dan ladang kesyirikan yang subur.
Bukti kesesatan dan kesyirikan
 Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: "Allah mempuyai anak". Maha Suci Allah; Dia-lah yang Maha Kaya; Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. kamu tidak mempunyai hujjah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
 Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung". (Q.S. Yunus 69-70)
Muhammad saw sebagai penegak agama tauhid
)محمد مسعد ياقوت karangan (دور الرسول - صلى الله عليه وسلم - في تحضّر العربdalam kitab 
 جاء محمد بن عبد الله -صلى الله عليه وسلمالنبي العربي وخاتمة النبيين، يبشر العرب والناس أجمعين، بدين جديد، ويدعو للقول بالله الواحد الأحد، كانت الشريعة [في دعوته] لا تختلف عن العقيدة أو الإيمان، وتتمتع مثلها بسلطة إلهية ملزمة، تضبط ليس الأمور الدينية فحسب، بل أيضًا الأمور الدنيوية.

 ...فإن فضل الرسول -صلى الله عليه وسلم- على العرب لا حد له، إذ أخرجهم من الجاهلية إلى نور الإسلام.

 ظهر محمد [-صلى الله عليه وسلم-] بعد المسيح بخمسمائة وسبعين سنة، وكانت وظيفته ترقية عقول البشر، بإشرابها الأصول الأولية للأخلاق الفاضلة، وبإرجاعها إلى الاعتقاد بإله واحد، وبحياة بعد هذه الحياة.


MAKA 
 Seruan Nabi saw. kepada umat manusia secara keseluruhan adalah sebuah ajakan kepada umat manusia untuk menerima kekuasaan Allah Swt. tanpa menyekutukan-Nya dalam hal kedaulatan-Nya. Seluruh perjuangan hidup Muhammad saw. didedikasikan untuk menghilangkan kekuatan kufur dan menegakkan agama Allah secara total.
Kedua
Kesinambungan ajaran yang dibawa Rasul SAW dengan nabi-nabi terdahulu
 Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (Q.S. Al-baqarah 4)
Silsilah nabi
Dalam kitab  الفصول في سيرة الرسول صلى الله عليه وسلم
 و لم يولد من بني اسماعيل أعظم من محمد صلى الله عليه و سلم ، بل لم يولد من بني آدم أحد و لا يولد إلى قيام الساعة أعظم منه صلى الله عليه و سلم ، فقد صح أنه قال : " أنا سيد ولد آدم و لا فخر ، آدم فمن دونه من الأنبياء تحت لوائي.
 إن الله تعالى قال لهم ما معناه : [ سأقيم لكم من أولاد أخيكم نبياً كلكم يسمع له ، و أجعله عظيماً جداً ]

 Nabi Muhammad SAW adalah salah satu mata rantai dan merupakan mata rantai yang terakhir dari silsilah kenabian dan kerasulan
 Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah kesinambungan dari agama Islam yang dibawa oleh para nabi dan rasul terdahulu
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Rasul adalah pembawa dan penyempurna agama tauhid walaupun Allah tidak memaksanya untuk sukses (dalam penyebaran agama) tapi Rasul bisa membuat-Nya bangga.

Kamis, 07 April 2011

SADARKAN AKU TUHANKU

Tuhan, tidak bosankah Engkau melihatq?
Melihatq selalu berpaling dari-Mu,

Tuhan, tidak lelahkah Engkau membuntutiq?
Yang selalu lupa akan syukur nikmat-Mu,

Tuhan, tidak menyesalkah Engkau menciptakanq?
Yang tak pernah lelah berbuat dosa dan maksiat kepada-Mu,

Tuhan, tidak marahkh Engkau kepadaq?
Yang tak bisa memenuhi tuntutan sebagai khalifah-Mu,

Tuhan, aku sadar, tak sedetikpun waktuq untuk-Mu,
Aku sadar, tak setetespun air mata ini untuk-Mu,
Aku sadar, tak sepatah katapun untuk menyebut-Mu,
Dan aku sadar

ADUANKU untuk-Mu

Tuhan, sampai kapan aku hidup????

tidak maukah Engkau memberitahuku????

terlalu banyak dosaku Tuhan,,,,

dosa yang tak mungkin bisa ku pertanggungjawabkan,,,

dosa yang tak mungkin bisa ku renungi,,,,

dosa yang tak mungkin terlalmpaui.....



Tuhan, bukankah Engkau maha Tahu????

tidak maukah Engkau memberitahuku????

tidak maukah Engkau meneteskan sedikit hidayahmumu????

tidak maukah Engkau membuka sedikit mata hatiku????

agar segera aku taubat akan semua dosaku dan salaahku pada-Mu....



Tuhan, maafkan aku,,,,

yang telah lancang malam ini,,,,

yang hanya mengadu tanpa arti,,,

dan yang sampai detik ini masih mencari jati diri,,,



Tuhan, maafkan aku,,,,

yang selalu memaksa-Mu untuk mengabulkan do'aku,,,

yang selalu bergantung pada-Mu Tuhan,,,,

MAAFKAN AKU,,,,,,

Rabu, 06 April 2011

الأمر المؤجّل

الجوّ قارس، قد نزل المطر من سماء الدنيا قبل هذا بقريب، يسبّب الابتلال في كلّ طرف من العالم، طارت الطيور من شجرة مورقة إلى شجرة أخرى، من مكان عال الى مكان آخر سافل. جلس هانز على مقعد مربّع أمام بيته الصغير، أمامه كوب من القهوة الجاهز و سجارة "سوريا" بين صبعي يده اليمنى.
أخذ يفكّر عن محفظة النقود التي قد وجدها صباح اليوم قائلا "لمن هذه محفظة النقود القبيحة؟" مع النظر إليها بدقّة ثمّ يفتحها يرجو أن يجد سيرة صاحبها داخلها، ولكنّه لم يجد إلاّ ثلاثة آلاف و رسالة فائتة تدلّ على عمرها من زمان، تزيّن بزخرفة الزهور في كلّ جانبها، فيظنّ أنّها لفتاة. أخذ يفتحها و يقرأ مضمونها مهلا.

الخميس، 03 -12-1950
سلام عليك يا حبيبي
الليلة، مازلت أفكّرك، ما فتئت أذكرك، أسهرت ليالي ليس إلاّ لذكرك،. كيف حالك يا ودّي؟ هل أنت في خير؟ هل معك عون الرّب الجلال؟ أنت لي كلّ شيء، لن أقدر استمرار الحياة إلاّ معك, لن أقدر على غيابك الطويل، لن أقدر يا دّي، لن أقدر. أحنّك حقّا، أحبّك جمّا، فلا أدري سبب حبّي إيّاك الشديدـ. و عرفت بأنّك تشعر بما أشعر.
بل مسكين، نهتني أمّي التزوّج معك، نهتني أمّي إقامة البيت معك يا ودّي، ولكنّ اعرف، حبّي لك, أنت رجل وحيد في حياتي، لو لاك من سواك؟ أخيرا، أرجو أن تكون في خير.
والسلام عليكم

و من قراءته إيّاها، عرف بأنّها رسالة الحبّ مرسلة إلى رجل غائب لم يذكر اسمه فيها، و هو يودّ أن يراجعها إلى صاحبها بأيّ كيفيّة كانت.
*******************
صباح اليوم الأتي يذهب إلى إدارة الإعلان، رجاء أن يحصل رقم الهاتف و صاحبه للعنوان المكتوب في أحد أطرف هذه الرسالة "يا سيّد، إنّ هذا السؤال غير لازم هنا، ولكنّي أودّ أن أراجع هذه محفظة النقود و رسالة الحبّ مرسلة إلى رجل غائب فيها، يا سيّد لمن هذا العنوان؟". و يشير إلى العنوان المكتب فيها. و قال الموظّف " نعم، انتظر سويّ!". و انتظر هانز زمان طويلا هناك حتّى يشأم و يملّ إلى حدّ بعيد. و عندما يكاد ينتهي صبره لانتظار، دعاه الموظّف قائلا "يا رجل، هذا العنوان لامرأة اسمها هانة و هذا رقم الهاتف لها". أخذه من الموظّف بسرعة "شكرا على مساعدتكم يا سيّد" قال هانز وداعا له فرجع هانز إلى بيته فورا.
في الليلة المظلمة، هاب الريح شديدا، يطير الغراب من مكان واحد إلى مكان آخر، يستلقي هانز جسمه على فراشه سامع الأغنية الغربية، يأخذ جوّاله وأخذ يتّصل رقم بيت هانة الّذي قد ناله من الموظّف صباح اليوم هاتفيا، يسمع صوت المرأة مضمرا قائلة "من هذا؟"، و يقول "أنا هانز، عفوا هل هناك هانة كصاحبة الدار؟" "لا ليست هانة كصاحبتها، و لكنّي قد اشتريتها منها قبل هذا بقريب، و هي تسكن في دار العجوز ‘سانطا‘ حاليا، لأنّها قد اشتعل رأسها شيبا". و يصمت هانز لحظة فيقول "نعم يا سيّدة، شكرا على إرشادتك". و بعد دقائق لا يُسمع صوته أيضا إلاّ صوت الطيور تغرّد خارج بيته، ينام و يترقّص في دنيا الأحلام.
*******************
تنير الشمس في الشرق، تُشرق قليلا فقليلا حتّى تكون كاملاة، ذهب المزارع إلى مزرعته للعمل، سار الطلبة إلى مدرستهم ليتعلّموا علوما فيها. اليوم، الجوّ معتدل، يستقبلونه بفرح.
انتبه هانز من نومه، و اغتسل في حمّام عام جانب بيته الصغير، ثمّ ارتدى ملابسه اليوميّة، و ينوي أن يذهب إلى دار العجوز "سانطا" في وسط المدينة لالتقاء بهانة بصفتها كاتبة الرسالة. في كلّ طريقه إليها يشاهد المناظر الجميلة من الزهور المتلوّنة و الأشجار المتنوّعة المورقة و التّرعة الواسعة نوعاما في كلّ جانبي الطريق.
و بعد ساعة قد وصل إلى دار العجوز "سانطا" و يدخل إليها بعد إلقاءه السلام، و يسجّل اسمه إلى الموظّف قائلا "اسمي هانز، أحضر هنا لبحث عن المرأة اسمها هانة، لي حاجة ماسّة معها" و قال الموظّف "لأيّ حاجة تودّ لقاءها يا سيّد؟" و أجاب هانز قائلا "اليوم قبل هذا بيومين أجد محفظة النقود في أثناء سيري إلى البيت، و فيها رسالة الحبّ لسيّدة هانة مرسلة إلى رجل غائب لم يذكر اسمها فيها، أظنّ هذه محفظة النقود تتعلّق بها لوجود رسالتها داخلها"، وقال الموظّف " نعم يا سيّد هانز انتظر لحظة، أحد من الموظّفين سوف يرافقك إلى غرفتها في الدّور الثالث"، على الحقّ أخذ يفكّر في دهنه، بأنّ هذا الأمر من أعمال التعب، لماذا يراجع محفظة النقود إلى صاحبها المجهول، مع أنّ فيها ليس إلاّ ثلاثة آلاف و رسالة قبيحة فائتة؟
بعد ما وصلا الى الدّور الثالث دخلا في إحدى الغرف الطيّبة، فرأى هانز مرأة قد اشتعل رأسها شيبا، و لكنّها مازالت بشوشة الوجه، و لها عينان لامعتان، و هي تشاهد البرنامج في التلفاز. أخذ يتكلّم الموظّف "يا سيّدة هانة، أحد يطلبك" فتكلّم هانز "يا سيّدة هانة، هنا سأقصّ لك ماذا قد حدث، بأنّي قد وجدت محفظة النقود الّتي فيها رسالتك" و يُخرج رسالة من جيبه ليدلّها إليها، و حينذاك صمتت هانة تولّي وجهها و تغرق في تأمّلها فتقول "أرسلتها إلى محروس، أحبّها جمّا، و أنا في السادس عشر من عمري، و لكنّ أمّي ترى أنّني ما زلت في نعومتي أظفاري. هو رجل وسيم، طيّب السلوك. يا رجل، لو تلتقي به، قل له أنّني أفكّره طول حياتي، و ما زلت أحبّه" هي تتبسّم و لكنّها تحزن، تلوح على وجهها أمارات الحزن و الكآبة و تزدحم الدموع في عينيها المستدرتين، و استمرّت قولها "لم أتزوّج إلى الآن، أظنّ لا أحد يبدله في حياتي".
و بعد ما تقصّ قصّتها المحزنة تركها هانز في غرفتها، أخذ يمشي إلى الدّور الأوّل لأن يعود إلى بيته، وعندما وصل إلى إدارة الموظّف، يقول له أحد "يا سيّد هانز، هل هي تساعدك كثيرا؟" ويجيب له هانز قائلا "نعم، الآن قد عرفت صاحب هذه محفظة النقود" مع الإشارة إليها، و فجأة يقول الموظّف "يا سيّد، انتظر سويّ، أعرف صاحبها، تلك محفظة النقود ليست غريبة عندي، قد وجدتها ثلاث مرّات، سيّد محروس كصاحبها، هو رجل غفّال، والآن يسكن في هذه دار العجوز"، و قال هانز متعجّبا "أحسن، في أيّ الدّور غرفته؟"، و يجيب الموظّف "تقع في الدّور السادس"
و حينذاك أخذ يمشيان إلى غرفته، و عندما وصلا إليها، رأى هانز في غرفة كبيرة شيخا، يقرأ جريدة و أمامه كوب من الماء. و قال له الموظّف "يا شيخ، أ هذه محفظة النقود لك؟" فتعجّب سيّد محروس و يطلبها في جيبه قائلا "يا ويل، فقدتها أيضا" و قال الموظّف "هذا الرجل يجدها في الطريق اشكر له يا شيخ". فقال "شكرا يا رجل، سأمنحك هديّة" و قال له الرجل "لا يا شيخ، الشكر للّه، و الآن سأقصّك عن الشيء المهمّ, و قبل كلّ شيء أستعفيك حقّا، بأنّي قد قرأت الرسالة فيها دون إذنك، رجاء أن أجد صاحب محفظة النقود. و إضافة على ذلك، أعرف إقامة هانة الآن، أعرفها تماما" فقال الشيخ متعجّبا "هانة؟ أين هي الآن؟ أ ما زالت جميلة؟ قصّ. قصّ عنها."، و قال "هانة ما زالت جميلة، هي في خير و في أتمّ صحّة" و قال الشيخ قاطعا كلام هانز "لو سمحت أن تخبرني إقامتها حاليا؟ أريد أن أزورها غدا". و أخذ يلمس يدي هانز "يا رجل، هل تدري؟ قد أحببتها حقّا، هي عندي كلّ شيء، لم أتزوّج إلى الآن، لأنّي أنتظرها من زمان" فقال الرجل "يا شيخ، اتبعني" فمشوا إلى غرفة هانة في الدّور الثالث، و الطريق إليها يكون خاليا، لا يرون شخصا و لو واحدا. و بعد وصولهم إليها، ما زالت هانة جالسة أمام التلفاز، فيمرّ بها الموظّف ثمّ يقول لها "يا هانة، هل تعرفين من القائم في الباب؟" و انفكّ تراه بدقّة، تنظر بنظرة معنويّة، و لكنّها لم تنطق أيّ شيء، تسكت و تصمت، وقال القائم "أنا محروس، هل تذكرينني؟" فتقول "محروس، هل أنت محروس؟ رجل منتظر في حياتي؟ لم تصدّق عينايا بما رأيت، على الحقّ، هل أنت محروس؟" و أخذ يمرّ بها فيضمّها، تبكي في ضمّه الشديد. فتركهما هانز و الموظّف في غرفتها، و يقول هانز للموظّف "اهتمّ، أين و متى و كيف جمع الإله بين عبدين، إنّه على كلّ شيء قدير" و بعد ذلك رجع هانز إلى البيت فينام نوما عميقا.
*******************
بعد ذلك اليوم بأربعة أيّام، يذهب هانز إلى إدارته بركوب جوّالته المحبوبة، وعندما وصل إليها، وجد رسالة الدعوة لوليمة العروس في مكتبه، التزوّج بين محروس و هانة، فيقول في أعمق ضميره "النهاية الطيّبة، الأمر المؤجّل بينهما، برك اللّه لهما في حياتهما المستقبلة.

THE END

tak tahu kemana perginya,

asa yang telah lama ku bela

penuh kesedihan menimbulkan gundah,

semakin membuat hidup ini hina,

semoga ridlanya tak terselubung dalam marah,

dan semoga selalu tampak di mata hati hambanya



bingung dalam kesendirian

mencoba tuk terlelap tapi tak mampu

mencoba tuk bergerak tapi tak bisa

aku hidup tapi mati

aku mati tapi napas tak terhenti

keduanya semakin tak jelas adanya



hidup tanpa arah

tak berlangkah

seakan kemulyaan tak lagi ada

menjauh dari semua yang hina

hanya cibiran

yang semakin terasa

Selasa, 05 April 2011

Orang-orangan di sawah

Suatu hari aku bertemu dengan orang-orangan di sawah, aku menanyainya.
“bahagiakah kau dengan pekerjaanmu sehari-hari??”
“aku bahagia, walau pekerjaanku hanya mengusir burung-burung penyebab rusaknya tanaman”
“Tidakkah engkau bosan???, pekerjaan tanpa kreasi!!”
“aku bahagia menjalaninya, tanpa bosan, tanpa lelah, dan hanya mereka yang melakukannya yang tahu nikmatnya pekerjaan ini”
Kemudian aku pergi, tanpa menghiraukannya, entah marah dengan ucapanku atau mungkin tergerak untuk memikirkannya.
Setahun berlalu, ku lewati sawah tempat orang-orangan yang telah lama tak ku kunjungi, ternyata burung gagak telah membuat sarang di bawahnya, tanpa menghiraukannya lagi, kasihan
خليل جبران

Senin, 04 April 2011

inginku menari bersamamu

Ingin ku menari bersama rumi
Ingin ku ekstase bersamanya
Semakin ku mengingatnya
Semakin jauh rasa ini termakan hatiku

Rumi, tidakkah kau juga menginginkan hal yang sama??
Perasaan yang tak tahu kemana ujungnya
Perasaan yang selama ini juga hinggap di jiwaku
Yang sulit tergambar demi asaku

Mari menari, mari berdansa
Tak usah hiraukan mereka
Yang tak tahu kemana ujungnya
Yang tak ingin kita bersatu

Tuhanku, lihatlah tarianku
Untuk-Mu, hanya untuk-Mu

Jumat, 01 April 2011

hamba

terusik oleh suaramu
terkejut karena ulahmu
terdiam ku membisu
tertunduk malu

aku coba membencimu
agar segera sadar akan dirimu
agar ucapan maaf terlontar dari mulutmu
karena hanya akulah tuanmu

pernah terpikir tuk meninggalkanmu
mengusirmu dari hidupku
terlalu lelah hidupku karenamu
tapi,
jasamu, pengabdianmu,,,
janjimu, kesetiaanmu,,,
buatku tak kuasa dan tak mampu

ohhhh, alarm kamarku....
i hate you but i need you

AKU

Aku adalah aku
Materi tuhan terindah
Aku bukanlah kamu
Yang juga Materi tuhan terindah
Aku adalah aku
Salah satu ciptaannya
Aku bukanlah kamu
Yang juga Salah satu ciptaannya
Aku adalah aku
Yang selalu mengharapnya
Aku bukanlah kamu
Yang juga selalu mengharapnya
Aku adalah aku
Yang selalu setia menunggu syafaatnya
Aku bukanlah kamu
Yang juga selalu setia menunggu syafaatnya
Dan…….
Aku adalah Rumi
Rumi adalah aku
Tapi…….
Kamu bukanlah Rumi
Rumi bukanlah kamu